Sunday, August 12, 2012
Wednesday, August 1, 2012
UZLAH
UZLAH
"Tak ada yang lebih bermanfaat bagi kalbu ketimbang ‘Uzlah yang
memasuki medan kontemplasi"
“Tak ada sesuatu yang lebih bermanfaat atas hati sebagaimana uzlah, sebab dengan memasuki uzlah alam pemikiran kita akan menjadi lapang.”
“Tak ada sesuatu yang lebih bermanfaat atas hati sebagaimana uzlah, sebab dengan memasuki uzlah alam pemikiran kita akan menjadi lapang.”
Keutamaan Uzlah
Uzlah artinya mengasingkan diri dari dunia ramai, masuk ke
dunia kesendirian, dengan tujuan menghidupkan jiwa dan mensucikan pikiran dari
pengaruh yang merusak. Dengan uzlah akan memperkuat pikiran sehat,
menerangi logika dengan sinar Allah, menjauhkan diri dari pikiran maksiat dan
perbuatan dosa. Sebab kadang perbuatan maksiat memasuki rongga hidup manusia,
datangnya tiba-tiba dan tak dapat diduga-duga.
Dalam uzlah alam
pikiran manusia akan menjadi tenang dan luas jangkauannya, wawasan berpikirnya
pun bertambah, sedangkan jiwanya menjadi bersih dan tenteram. Dalam keadaan
tenang manusia mampu berpikir tentang ciptaan Allah, dan kebesaran Allah
sebagai Maha Pencipta alam semesta serta isinya.
Dengan uzlah akan terhimpun dalam rongga jiwa
kita sifat-sifat mulia, akhlaqul karimah, serta terhindar dari sifat-sifat
mazmumah dan akhlak yang bejat. Cara uzlah ini sekaligus akan memelihara
iman dan keyakinan kita serta akan membersihkan jiwa kita dari dosa-dosa kecil,
demikian juga akan menghindarkan si hamba dari mendekati dosa-dosa besar.
Sifat-sifat mulia, seperti kalimat-kalimat zikir,
pikiran bersih, cita-cita suci, kehendak-kehendak yang menggerakkan amal,
perasaan yang menghidupkan iman dan semangat jihad, demikian juga keinginan
untuk memberi pertolongan.
Akal pikiran yang menjadi alat berpikir manusia harus
selalu dijaga kebaikannya, karena orang yang akan berpikir sajalah yang akan
memperoleh kemajuan hidup. Berpikir dan menganalisa dengan pikiran yang sehat
akan menyelamatkan manusia dari kekacauan dan ketidakstabilan.
Akal sehat dan pikiran yang jernih akan membiarkan
manusia memilih mana yang maslahat dan mana yang mafsadah. Demikian akal
pikiran yang dipergunakan akan menjadi kemudi jalan hidup kita, serta
mengendalikan pikiran yang berlebih-lebihan, dan menempatkan pikiran pada
tempat yang tepat dan strategis.
Orang yang suka ber-uzlah, mampu mengatur jalan
pikirannya di waktu hening. Pikiran yang dikendalikan secara teratur akan
mendapatkan hasil pikiran yang mampu menggerakkan hidup dan mengarahkannya
kepada apa yang dikehendaki oleh syariat agama Islam, dan mengantarkan
hamba-hamba Allah kepada “mardhotillah”.
Di saat-saat tertentu adakalanya kita memerlukan
logika di samping syariat. Diwaktu seseorang sedang berpikir dikala suasana
hening ia akan memperoleh inspirasi (ilham), atau hidayah ilhami dari pikiran
yang sedang diaturnya, sehingga akan mudah memecahkan persoalan yang sedang
dihadapi. Baik itu persoalan duniawi maupun persoalan ukhrawi. Masuk kepada
persoalan yang memerlukan analisa berpikir, maka agama sebagai bagian dari
pedoman pemecahan persoalan, akan memberi kepada nilai-nilai hidup yang lebih
banyak faedahnya.
Keutamaan yang diperoleh dari sifat uzlah cukup
banyak dan bervariasi menuju kesuksesan yang diridhai Allah Swt. Di samping
itu, semangat uzlah diperlukan bagi kebangkitan alam pikiran Islami dari
masa ke masa.
Keutamaan yang dapat ditemukan dalam uzlah,
adalah terhindarnya seorang hamba dari perbuatan maksiat, seperti menggunjing,
berolok-olok, mengumpat, sombong, dengki, iri, dusta, namimah, ghibah, durhaka,
menghina dan bermacam-macam sifat yang buruk. Uzlah ibarat tempat
pencucian diri. Dengan demikian akan terpeliharalah agama, dan terhindar dari
keburukan, kemaksiatan dan fitnah.
Uzlah akan memberi kesempatan bagi si hamba
menyibukkan diri dengan kesucian hati, lidah dan perilaku, dan menghindarkan
diri dari kesibukan yang bertentangan dengan ajaran Islam. Uzlah adalah
salah satu jalan hijrah dari kejelekan kepada kebaikan, dari kesempitan
berpikir kepada kelapangan berpikir. Abi Ishaq Ibrahim bin Mas’ud berkata,
“Dengan terasing, akan terhimpunlah cita-cita. Dan dengan cita-cita itu akan
memperkokoh keyakinan kepada Allah, sedang rencana sangat berbeda dari
cita-cita ataupun harapan.”
Dikatakan lagi, bahwa seorang hamba yang hidup menyepi
maka ia dapat mengheningkan dirinya dan menyimpulkan masalah yang dianalisanya
dalam situasi yang bersih. Nabi Isa as. berkata, “Kalau kamu duduk dengan orang
mati, maka kamu akan mati sebelumnya, dan kalau kamu duduk dengan orang yang
hidup pikirannya, kamu akan menjadi orang yang hidup dan suka berpikir.”
Sesungguhnya para hamba Allah yang saleh akan banyak
meluangkan waktu bersepi-sepi sendiri (berbuat uzlah) untuk merenungkan
dirinya dan mengevaluasi amal ibadahnya, mencuci hati dan pikirannya dengan
perenungan yang suci, dan memberi arah kepada pikirannya dengan logika yang
sehat dan wawasan yang dalam. Disaat jiwa kita jernih akan jernih pula hati dan
pikiran kita, dan disaat hati kita lapang akan lapang juga pikiran dan akal
kita.
Uzlah
Qolbu
Mengapa ‘Uzlah? Karena
melalui ‘Uzlah itulah seseorang bisa selamat dari tipudaya-tipudaya, sementara
dengan ruang kontemplasi mampu memberikan pencerahan cahaya dalam jiwa. Setiap
‘Uzlah yang tidak disertai dengan kontemplasi pemikiran, maka hanya akan
melahirkan kekosongan dan kesombongan belaka. Dalam saat yang sama, suatu
aktivitas kontemplasi juga tidak bisa dilakukan tanpa ‘Uzlah itu sendiri.
Menurut Syekh Abul Qasim al-Qusyairi dalam Ar-Risalatul Qusyairiyah, ‘Uzlah merupakan lambang bagi orang yang sedang wushul (sampai) kepada Allah. Memisahkan diri dari keramaian manusia sangat diperlukan bagi mereka yang baru saja menempuh jalan suf. Selanjutnya ia mengasingkan hatinya dari duniawi karena berada dalam kesukacitaan luar biasa dalam hatinya.
Menurut Syekh Abul Qasim al-Qusyairi dalam Ar-Risalatul Qusyairiyah, ‘Uzlah merupakan lambang bagi orang yang sedang wushul (sampai) kepada Allah. Memisahkan diri dari keramaian manusia sangat diperlukan bagi mereka yang baru saja menempuh jalan suf. Selanjutnya ia mengasingkan hatinya dari duniawi karena berada dalam kesukacitaan luar biasa dalam hatinya.
Banyak sekali uraian tentang ‘Uzlah dari para sufi. Tentu saja pengalaman mistikal mereka sangat mempengaruhi terminologi yang muncul dalam menguraikan soal ‘Uzlah tersebut.
Dalam suatu hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda: “Di antara cara-cara
terbaik bagi manusia dalam mencari penghidupan adalah seseorang yang
mengendarai kuda di jalan Allah, dan apabila ia mendengar suara manusia-manusia
yang panik atau ketakutan dalam berperang ia memacu kudanya mencari mati syahid
atau kemenangan di medan jihad. Atau seseorang menggembalakan biri-biri dan
kambing-kambingnya di puncak gunung atau di kedalaman lembah, namun tetap
mendirikan shalat, membayar zakat dan beriubadat kepada Tuhan hingga mencapai
keyakinan. Tidak ada urusan dengan sesama manusia kecuali didasarkan atas
kebajikan?
Hadits di atas menunjukkan
betapa, suatu keberanian mencapai keyakinan akan “banyak digoda oleh hiruk
pikuk ketakutan dan kekhawatiran. Hal yang sama ketika seseorang berada dalam
kesunyian, di gunung atau di lembah-lembah, seseorang malah memacu jiwanya
untuk lebih dekat dengan Allah SWT.
Untuk melakukan ‘Uzlah kata
al-Qusyairi, seseorang harus memantapkan ilmu agamanya dan tauhidnya, agar
dalam proses ‘Uzlah tersebut, seseorang tidak tergoda bisikan-bisikan syetan.
Biasanya para sufi mengaitkan tradisi ini dengan khalwat dan zuhud. Zuhud
sendiri merupakan buah dari ‘Uzlah. Abu Muhammad al-Jurairi ketika ditanya, apa
sebenarnya ‘Uzlah itu? Ia menjawab, “Uzlah adalah Anda masuk dalam kumpulan
orang banyak sambil menjaga batin Anda supaya tidak diharu-biru oleh mereka.
Anda menjauhkan diri dari dosa-dosa, sementara batin Anda berhubungan dengan
Allah.
‘Uzlah di sini berarti
‘Uzlah Kalbu, agar sejumlah fenomena lahiriah, fenomena kehidupan, sama sekali
tidak mengganggu ketentraman hati seseorang, apa pun yang terjadi. ‘Uzlah
inilah, yang menciptakan seseorang tetap “sunyi dalam keramaian, dan ramai
dalam kesunyian?. Artinya, hati tetap merasa sunyi bersama Allah ketika
seseorang berada di tengah hiruk pikuk kehidupan, dan sebaliknya hatinya
senantiasa ramai dengan dzikrullah di tengah-tengah kesunyian dirinya.
‘Uzlah itu memang menyendiri, mengesampingkan dari hiruk-pikuk duniawi, ketika seseorang sedang memproses dirinya untuk sampai kepada Allah SWT. Karena itu secara lahiriah, ‘Uzlah perlu dilakukan dengan “menyendiri tanpa diganggu oleh keramaian. Jika hatinya telah mampu, maka baru hatinya yang ‘Uzlah, sementara dhahirnya berada di tengah keramaian.
‘Uzlah itu memang menyendiri, mengesampingkan dari hiruk-pikuk duniawi, ketika seseorang sedang memproses dirinya untuk sampai kepada Allah SWT. Karena itu secara lahiriah, ‘Uzlah perlu dilakukan dengan “menyendiri tanpa diganggu oleh keramaian. Jika hatinya telah mampu, maka baru hatinya yang ‘Uzlah, sementara dhahirnya berada di tengah keramaian.
Menurut pensyarah Al-Hikam,
Syekh Zaruq, membagi ‘Uzlah dalam tiga kategori. Pertama, manusia yang ‘Uzlah
kalbunya, sementara fisiknya tidak. Inilah yang merupakan eksistensi yang nyata
dan perjalanan yang cemerlang. Situasi dan kondisi mistikalnya adalah kondisi
manusia-manusia Muttaqin dan telah mencapai keparipurnaan.
Kedua, manusia yang menyendiri dalam fisiknya tetapi kalbunya tidak. Kondisi ini lumayan baik, namun harus memenuhi beberapa syarat, untuk menyongsong arus rahmat Allah dalam kondisinya. Dan ketiga, ada yang ‘Uzlah lahir dan batin. Yaitu mereka yang disebut dengan Al-Mutakhalli atau Takhalli. Kondisi ketiga ini nantinya akan memasuki Tahalli (berias dengan akhlak mulia), dilanjutkan dengan Tajalli (menjadi manifestasi cahaya Ilahi). Kategori manusia yang ‘Uzlah lahir dan batin itu, terbagi pula menjadi tiga:
Kedua, manusia yang menyendiri dalam fisiknya tetapi kalbunya tidak. Kondisi ini lumayan baik, namun harus memenuhi beberapa syarat, untuk menyongsong arus rahmat Allah dalam kondisinya. Dan ketiga, ada yang ‘Uzlah lahir dan batin. Yaitu mereka yang disebut dengan Al-Mutakhalli atau Takhalli. Kondisi ketiga ini nantinya akan memasuki Tahalli (berias dengan akhlak mulia), dilanjutkan dengan Tajalli (menjadi manifestasi cahaya Ilahi). Kategori manusia yang ‘Uzlah lahir dan batin itu, terbagi pula menjadi tiga:
1. Orang yang ‘Uzlah agar
dirinya bisa selamat,
2. Model orang yang ‘Uzlah
karena ingin meraih sesuatu, dan
3. Orang yang ‘Uzlah untuk
mendapatkan kenikmatan.
Yang pertama harus setelah
mengetahui kondisi hatinya, ia harus melaksanakan kewajiban-kewajiban waktu, di
samping ia harus membebaskan diri dari sikap bersu’udhan pada orang lain, siapa
pun juga. Syarat kategori kedua, harus menjaga Sunnah Nabi disertai ketekunan
beramal dan beribadah. Syarat kategori ketiga, adalah memanifestasikan kondisi
mistikal kalbunya serta menjaga dari ucapan-ucapan yang tidak berguna. Wallahu
A’lam.
Sementara itu medan
kontemplasi yang dimaksud di atas, adalah mengikuti logika perjalanan pemikiran
secara positif. Wilayah kontemplasi itu terbagi menjadi empat:
1. Adanya semesta jagad raya ini, menunjukkan adanya Allah, dan Allah adalah Maha Wujud Hakiki, sehingga muncul kesimpulan sikap menetapkan Yang Ada Hanyalah Allah, yang lain hanya ada semu atau tidak ada.
1. Adanya semesta jagad raya ini, menunjukkan adanya Allah, dan Allah adalah Maha Wujud Hakiki, sehingga muncul kesimpulan sikap menetapkan Yang Ada Hanyalah Allah, yang lain hanya ada semu atau tidak ada.
2. Adanya selera syahwat
yang menjadi penghalang atau rintangan mencapai tujuan utamanya, karena itu
syahwat itu tidak boleh mendapatkan peluang dalam medan kontemplasi.
3. Adanya kealpaan yang
bisa memalingkan diri dari hamparan Ilahi, sehingga seseorang bisa waspada
dengannya, agar tidak terjebak dalam kealpaan tersebut.
4. Adanya kehampaan dalam
aktivitas hidup, dan karena itu jangan sampai menyimpang dari pemahaman yang
benar.
Di alam modern, aktivitas
yang sangat sibuk, manusia mestinya harus menyisakan waktunya untuk melakukan
refleksi setiap hari. Refleksi itu dilakukan dalam ruang ‘Uzlah. Jika ada 24
jam sehari semalam, kita perlu menyisakan waktu, minimal satu jam saja, untuk
lepas dari segala aktivitas duniawi. Berdiam diri sembari berkontemplasi akan
tujuan utama hidup ini, dengan sejumlah pertanyaan, “Wahai diri, apa sebenarnya
yang kamu cari dalam hidup ini? Ke mana hati ini akan menuju? Benarkah apa yang
kita lakukan seharian sudah memiliki manfaat untuk dunia akhirat? Sudahkah kita
memohon ampunan kepada Allah untuk kesalahan dan dosa kita hari ini? dan
seterusnya.
Kelak jika terbiasa, walau
pun kita sudah sibuk secara fisik dan fikiran, hati kita tidak terpengaruh.
Sebab Kalbu telah melakukan ‘Uzlah maka, di mana pun ia berada dan dalam
kondisi apa pun, hatinya tidak terpengaruh. Sebab hatinya tetap istiqamah,
‘Uzlah bersama Allah SWT. Namun semua itu perlu riyadlah atau latihan ruhani.
Sumber :
Al Hikam, Athoillah Syakandari
Nasehat Buat Suami dan Istri
52 Kiat Agar Suami Disayang Isteri
1. Berhiaslah
untuk isteri anda sebagaimana anda senang apabila ia berhias untuk anda.
2. Merayu isteri
dan mencandainya.
3. Mempergaulinya
dengan lemah lembut dan kasih sayang.
4. Penuhi
kesenangannya untuk berbicara dan bercakap-cakap (bercengkerama).
5. Panggillah
isteri dan nama kesukaannya.
6. Jauhilah sikap
emosional dan tempramental.
7. Berilah isteri
anda rasa aman dan tenang.
8. Membuatnya
gembira dengan pemberian yang mengejutkan.
9. Masuklah ke
dalam rumah dengan wajah berseri-seri dan tersenyum.
10. Berlemahlembutlah
dalam berbicara.
11. Bicarakanlah
sesuatu yang menyenangkannya.
12. Memujinya di
hadapan keluarga anda dan keluarganya.
13. Menghargai
penampilannya.
14. Berikanlah
hadiah (romantis) semisal bunga atau selainnya sebagai penguat cinta diantara
keduanya.
15. Hilangkanlah
kejenuhan rutinitas sehari-hari dengan
bertamasya (rihlah) atau selainnya.
16. Terimalah
kekurangan-kekurangannya karena tidak ada manusia yang sempurna.
17. Jagalah diri
dari perkara-perkara sepele yang dapat bertumpuk menjadi masalah besar.
18. Bantulah isteri
anda dalam urusan-urusan rumah tangga.
19. Jangan kikir
dengan perasaan anda. Ekspresikan perasaan anda kepadanya dengan kelembutan dan
kejujuran.
20. Hargai akal dan
buah pemikirannya.
21. Selalulah
berbaik sangka kepada dirinya.
22. Bangkitkanlah
perasaannya bahwa ia adalah wanita yang ideal bagi anda.
23. Bantulah ia
meningkatkan kemampuannya.
24. Jagalah
perasaannya terutama di saat haidh dan hamil.
25. Bantulah dirinya di dalam mengurusi
anak-anak.
26. Hormati
keluarganya, berbuat baik kepada mereka dan tidak melarangnya untuk mengunjungi
keluarganya.
27. Makan bersama
di rumah atau tempat lain yang tenang dan aman dari fitnah.
28. Berikan pujian
dan sanjungan kepada dirinya.
29. Jagalah
rahasianya dan janganlah menyebarkannya.
30. Jagalah
hak-haknya dan janganlah menyia-nyiakannya.
31. Berbuat adillah
kepada dirinya.
32. Perlakukanlah
dirinya dengan baik dan lemah lembut.
33. Bersikaplah
realistis dan jadikanlah dirinya sebagai isteri yang ideal bagi anda.
34. Bekerja sama
dengannya di dalam ketaatan kepada Alloh.
35. Janganlah anda
terlalu sering meninggalkan dirinya dan rumah.
36. Yang lalu
biarlah berlalu dan jangan suka mengungkit-ungkit kesalahan yang telah berlalu.
37. Jangan
memberikan peluang kepada orang lain untuk mencampuri urusan rumah tangga anda.
38. Jauhi motivasi
yang buruk tatkala menikah.
39. Jagalah
kesehatannya secara intensif.
40. Ajaklah isteri
anda ke dalam kebahagiaan anda.
41. Kirimlah surat
kepadanya apabila anda jauh darinya.
42. Jelas dan tidak
tergesa-gesa apabila anda meminta sesuatu padanya sehingga dia faham dan tidak
bingung dengan apa yang anda inginkan.
43. Maklumilah kecemburuannya dan
maafkanlah.
44. Bantulah dirinya di dalam menghadapi
persoalan-persoalan yang menyusahkan dan membosankan.
45. Ikutilah
petunjuk Islam ketika isteri anda berpaling.
46. Jangan
menganggap diri anda selalu benar.
47. Mengikuti
petunjuk Islam tatkala melakukan hubungan intim.
48. Tidak
mendatangi isteri dari dubur atau tatkala haidh.
49. Menjaganya dari
pandangan-pandangan jahat manusia.
50. Memberinya
anggaran khusus selain biaya hidup sehari-hari.
51. Nikmatilah
nikmatnya lupa terutama yang berkaitan dengan musibah-musibah yang menyedihkan,
kesalahan-kesalahan dan perilaku isteri di masa lalu.
52. Janganlah anda
menunggu-nunggu mukjizat, karena isteri anda adalah unik dengan karakternya dan
janganlah anda memaksanya berubah sekehendak anda. Terimalah dirinya apa
adanya, tutuplah mata dari kelemahan-kelemahannya dan bukalah mata dari
kelebihan-kelebihannya. Insya Alloh isteri anda akan semakin mencintai anda.
Nasehat
Bagi Seorang Istri
(
Agar anda bahagia dengan suami anda)
1.
Jangan membiarkan suami anda
memandang dalam keadaan anda tidak menggembirakannya. Wanita yang paling baik
adalah wanita yang selalu membuat suaminya bahagia.
2.
Hendaklah
senyum itu senatiasa menghiasi bibirmu setiap anda dipandang oleh sang suami.
3.
Perbanyaklah mencari keridhan
suami dengan mentaatinya, sejauh mana ketaatan anda kepada suami, sejauh itu
pulalah dia merasakan cintamu kepadanya dan dia akan segera menuju keridhaanmu.
4.
Pilihlah
waktu yang tepat untuk meluruskan kesalahan suami.
5.
Jadilah anda orang yang lapang
dada, janganlah sekali-kali menyebut-nyebut kekurangan suami anda kepada orang
lain.
6.
Perbaikilah
kesalahan suami dengan segala kemampuan dan kecintaan yang anda miliki,
janganlah berusaha melukai perasaannya.
7.
Janganlah memuji-muji laki-laki
lain dihadapan suami kecuali sifat diniyah yang ada pada laki-laki tersebut.
8.
Jangan
engkau benarkan ucapan negatif dari orang lain tentang suamimu.
9.
Upayakan untuk tampil di depan
suamimu dengan perbuatan yang disenanginya dan ucapan yang disenanginya pula.
10.
Berilah
pengertian kepada suami anda agar dia menghormatimu dan saling menghormati
dalam semua urusan.
11.
Anda harus selalu merasa senang
berkunjung kepada kedua orang tuanya.
12.
Janganlah
anda menampakkan kejemuan padanya, jika terjadi kekurangan materi Ingatlah
bahwa apa yang ia berikan kepadamu sudah lebih dari cukup.
13.
Biasakanlah anda tertawa bila ia
tertawa, menangis dan bersedih jika ia bersedih. Karena bersatunya perasaan
akan melahirkan perasaan cinta kasih.
14.
Diam
dan perhatikanlah jika ia berbicara.
15.
Janganlah banyak mengingatkan
bahwa anda pernah meminta sesuatu kepadanya. Bahkan jangan diingatkan kecuali
jika anda tahu bahwa ia mudah untuk diingatkan.
16.
Janganlah
anda mengulangi kesalahan yang tidak disenangi oleh suami anda dan ia tidak
suka melihatnya.
17.
Jangan lupa bila anda melihat
suami anda shalat sunnah di rumah, hendaknya anda berdiri dan ikut shalat
dibelakangnya. Jika ia membaca, hendaknya anda duduk mendengarkannya.
18.
Jangan
berlebih-l;ebihan berbicara tentang angan-angan pribadi di depan suami, tetapi
mintalah selalu agar ia menyebutkan keinginan pribadinya di depanmu.
19.
Janganlah mendahulukan pendapatmu
dari pendapatnya pada setiap masalah, baik yang kecil maupun yang besar.
Hendaklah cintamu kepadanya mendorong anda mendahulukan pendapatnya.
20.
Janganlah
anada mengerjakan shaum sunnah kecuali dengan izinnya, dan jangan keluar rumah
kecuali dengan sepengetahuannya.
21.
Jagalah rahasia yang disampaikan
kepadamu dan janganlah menyebarkannya sekalipun kepada kedua orang tuanya.
22.
Hati-hati
jangan sampai menyebut-nyebut bahwa anda lebih tinggi derajatnya dari derajat
suami. Hal itu akan mengundang kebencian kepadamu.
23.
Jika salah satu dari orang tuanya
sakit atau kerabatnya, maka anda punya kewajiban untuk menjenguk bersamanya.
24.
Sesuaikanlah
peralatan rumah tangga anda dengan barang-barang yang disenangi suami anda.
25.
Jangan sampai anda meninggalkan
rumah meskipun sedang bertengkar dengannya.
26.
Katakanlah
kejemuan dan kebosananmu ketika ia sudah meninggalkan rumah.
27.
Terimalah udzurnya ketika ia
membatalkan janjinya untuk keluar bersamamu, karena mungkin ia terpaksa
memenuhi panggilan orang yang datang kepadanya.
28.
Hindari
sifat cemburu, sesungguhnya cemburu adalah senjata penghancur.
29.
Janganlah mengabaikan pemimpinmu
(suami) dengan alasan bahwa ia telah menjadi suamimu.
30.
Janganlah
anda berbicara dengan sang suami, seakan-akan anda suci dan dia berdosa.
31.
Jagalah perasaannya, jangan
gembira ketika dia sedang sedih dan jangan menangis ketika dia gembira.
32.
Perbanyaklah
menyebut-nyebut keutamaan suami di hadapannya.
33.
Perlihatkan kepada suamimu bahwa
anda turut merasakan apa yang dirasakan sang suami tatkala ia tidak berhasil
mencapai maksud dan tujuannya.
34.
Perbaharuilah
(tekad suami) ketika terjadi kegagalan.
35.
Jauhilah sifat dusta karena hal
itu akan menyakitkannya.
36.
Ingatkanlah
selalu pada suamimu bahwa anda tidak tahu (bagaimana nasib anda) seandainya
anda tidak dipersunting olehnya.
37.
Ucapkanlah rasa syukur dan terima
kasih pada waktu ia memberikan sesuatu kepadamu.
Sumber :
1.
Kiat-kiat disayang isteri, Pustaka al-Sofwa, pent.
Akhyar ash-Shidiq Muhsin, Lc., Editor : Kholid Syamhudi, Lc. Judul
Asli : Kayfa Taj’al Zawjataka Tuhibbuka; Adil Fathi
Abdillah;
2.
“Nasehat kepada para Muslimah”, bagian kedua, Fathi Majdi as-Sayyid.
Penerjemah:Muzaidi Hasbullah, Lc,dkk.Penerbit: Pustaka Arafah, Cetakan I: April
01/Muharram 1422H, hal.66-70 oleh Ibnu Tumingan [ibnu_tumingan@yahoo.com]
Fri Jul 27, 2001
Subscribe to:
Posts (Atom)