Tuesday, June 19, 2012

Tradisi di Desa Jleper


08 Oktober 2011
Warga Jleper Lakukan Tradisi Lempar Nasi

 RATUSAN
   warga  Desa Jleper Kecamatan Mijen Demak  menggelar tradisi unik yang mungkin satu-satunya di Kabupaten Demak. 
Tradisi itu berupa acara  sedekah bumi yang disertai rangkaian ritual wayangan, acara melempar nasi ’’berkat’’, doa bersama di makam Kasepuhan Cendana Sari, hingga  saling mengguyur minuman dawet yang terbuat dari cendol.   

Warga pun  berduyun-duyun untuk bisa menyaksikan acara yang sudah berlangsung turun temurun tersebut.
’’Acara ini rutin diselenggarakan setiap tahun. Kami memahami tradisi ini sebagai  warisan dari  leluhur yang harus dilestarikan dari generasi ke generasi,’’ tutur Kades Jleper Abdul Fakih kemarin. 

Tak tanggung-tanggung agar rangkaian acara berjalan semenarik mungkin pihaknya bahkan mengundang dalang asal Kudus Ki Sarbini  untuk mementaskan wayang kulit.  
Wayang yang mengambil cerita turunnya wahyu dari kayangan para dewata itu  menjadi pamuncak acara di  malam hari. Sebelumnya di sore hari sudah digelar acara pembuka yakni acara melempar nasi ’’berkat’’, doa bersama di makam hingga  saling mengguyur minuman dawet terbuat dari cendol.   

’’Acara ini sekaligus bertujuan untuk meminta agar hujan turun. Sebab,  boleh dirasakan sendiri kemarau panjang terjadi dan belum tahu kapan akan turun hujan,’’ tambah kades. 
Acara saling melempar nasi berlangsung penuh canda tawa.  Warga yang ditugasi menjadi  ’’aktor’’ dalam ritual ini dibagi dalam dua kelompok. Masing-masing berjumlah 15 orang sembari membawa nasi dalam wakul. 

Nasi yang disediakan itu merupakan  sumbangan dari warga yang memang ikhlas memberi untuk ritual ’’perang nasi’’. Dua kelompok warga kemudian saling berhadapan dan saling melempar nasi. Suasana berubah gelak canda ketika nasi dihamburkan mengenai wajah, tangan atau bagian tubuh para pemain. 

Penyubur Tanaman

Ada kalanya kelompok yang sedang berseteru itu nakal melempar ke penonton dan wartawan yang meliput jalannya acara. Salah seorang reporter televisi bahkan hanya mampu tersenyum saat nasi berlepotan mengenai kacamatanya. 

Kades Abdul Fakih, menambahkan, nasi tak dibuang percuma. Setelah selesai acara dikumpulkan untuk kemudian dipakai menjadi penyubur tanaman dan sawah dengan cara disebar di lahan penduduk.  Acara masih dilanjutkan dengan saling guyur minuman dawet usai berdoa bersama di makam Cendana Sari.  Di makam itu konon disemayamkan banyak kerabat Ratu Kalinyamat dari Jepara yang juga masih Keturunan Raja Demak Bintoro Sultan Fatah. Sasaran penyiraman dawet yakni modin Desa Jleper yang bernama Muklis.  Modin desa itu pun basah kuyup.  

’’Saya ikhlas tersiram air dawet dalam tradisi ini. Mudah-mudahan acara melestarikan budaya leluhur ini bermanfaat bagi warga kami,’’ ujar Muklis kemarin. 
Anggota DPRD Demak H Rozikan Anwar yang juga tokoh masyarakat setempat mendukung acara sedekah bumi menjadi agenda wisata di Demak. Acara tersebut meski sederhana namun menarik bagi umum dan memiliki nilai jual. ( Hari Santoso -14). (/)

No comments: