Manusia sebenarnya sudah harus menjalani 6 penjara. Penjara itu yang menjerat manusia sehingga dia terbuai dengan penjara dan pengekang untuk dapat menuju kehadirat ilahi. Berbeda dengan penjara buatan manusia atau pemerintah, Penjara manusia ini kadang justru mengenakkan dan mengasyikkan. Keenam penjara ini akan membelenggu manusia untuk bisa lebih mendekat kepada Alloh SWT.
Peringkat penjara pertama ialah membebaskan diri dari cengkraman
penjara alam jasad. Penjara alam jasad ialah hawa nafsu. Didalam penjara hawa
nafsu ini tersedia berbagai-bagai hidangan yang lazat-lazat seperti kekuasaan,
kemegahan, kemuliaan, pujian, ujub, ria, tamak, dengki dan lain-lain.
Jika mau
melepaskan diri dari penjara ini hendaklah berpuasa dari semua makanan yang
dihidangkan. Jangan diajak bercakap tentang makanan tersebut karena jika dibawa
kepada perbincangan akan mendatangkan selera. Sembunyikan selera dan lapar
walaupun perut bergelora. Sambutlah setiap hidangannya dengan menggelengkan
kepala dan palingkan muka ke arah lain. Apabila makanannya tidak dijamah, hawa
nafsu tidak ada kuasa lagi memenjarakan seseorang itu. Bebaslah dia keluar dari
penjara tersebut.
Setelah keluar dari penjara nafsu seseorang itu
berhadapan pula dengan penjara ke 2 yakni penjara dunia. Penjara dunia memamerkan berbagai jenis
keindahan dan menjanjikan keabadian. Dunia telah menghidangkan apa saja yang
menyenangkan dan mengeluarkan air liur.
Di dalam penjaranya seseorang
dibenarkan melakukan apa saja, menikmati apapun hidangannya tanpa pantangan dan
larangan. Di dalam penjara dunia ini seseorang dikurung didalam bilik yang
bernama syahwat.
Kaki dan tangannya dirantai dengan rantai yang bernama
kelalaian. Matanya ditutup dengan penutup yang bernama panjang angan-angan.
Didalam penjara ini makanan hawa nafsu masih lagi dihidangkan karena dunia dan
hawa nafsu senantiasa bekerjasama. Oleh karena itu setelah berpuasa dari
hidangan hawa nafsu seseorang itu perlu pula mendapatkan alat memutuskan rantai
yang mengikatnya dan merobohkan dinding penjara tersebut. Alatnya ialah ingat
kepada mati dan pembalasan selepas kematian. Inilah alat yang dapat membebaskan
seseorang dari penjara dunia.
Setelah keluar dari penjara dunia seseorang itu akan
masuk kedalam penjara tingkatan ke 3 yaitu yang disebut penjara akhirat. Hidangan didalam penjara ini ialah pahala,
syurga dan bidadari. Rantai yang mengikat seseorang didalam penjara ini ialah
kehendak atau keinginan atau lebih tepat jika dipanggil kesadaran terhadap diri
sendiri. Perhatian kepada diri sendiri yang melakukan amal kebaikan menjadikan
seseorang lebih terikat didalam penjara akhirat.
Kendaraan yang dapat
membawanya keluar ialah ilmu, yaitu ilmu yang dapat melepaskan seseorang dari bersandar
kepada amalnya dan melihat bahwa amal kebaikan yang keluar dari dirinya adalah
kurnia Allah SWT semata-mata. Tanpa kurnia rahmat dan petunjuk dari Allah SWT
niscaya tidak akan ada kebaikan pada dirinya. Apabila seseorang telah kuat
berpegang kepada kurnia Allah SWT dia akan bebas dari penjara akhirat.
Setelah selamat dari penjara akhirat seseorang itu
akan masuk pula ke dalam penjara tingkatan ke 4 yaitu penjara alam malaikat, yaitu penjara alam maujud yang
terakhir. Hidangan di dalam penjara ini ialah kedekatan dan kemuliaan disisi
Allah SWT. Rantai pengikat ialah sisa-sisa kehendak diri sendiri dan kesadaran
terhadap diri sendiri yang menerima kurnia Allah SWT. Pada peringkat ini
perlulah dihapuskan seluruh kehendak, cita-cita, angan-angan, harapan, hajat,
fikiran dan segala yang maujud. Apabila kefanaan dari semua yang maujud
dicapai, dapatlah dia keluar dari penjara malaikat.
Setelah berhasil keluar dari semua jenis penjara alam,
seseorang itu masuk kedalam penjara ke 5 yaitu penjara ilmu tentang Allah SWT. Ilmu Allah SWT
bukanlah alam, tetapi adalah hal ketuhanan sendiri. Hidangan di dalam
penjara ini ialah rahasia yang ghaib tentang hukum Allah SWT
di dalam alam. Dalam suasana Ilmu Allah SWT inilah dapat dilihat
dari penetapan Ilahi yang menggerakkan alam maya dan semua kejadian yang berlaku
di dalamnya. Oleh sebab Ilmu tentang Allah SWT sangat luas dan tiada batas sempadan
maka penjaranya juga tidak ada sempadan. Barangsiapa yang asyik dengan berbagai
ilmu yang terdapat didalamnya akan terpenjara selama-lamanya disini, karena
jika mau dikaji Ilmu Allah SWT niscaya seseorang itu akan mati dahulu
sebelum sempat mengkaji sebesar zarah dari Ilmu-Nya. Seseorang yang mau lepas
dari penjara ini hendaklah menjadikan ilmu ini sebagai kendaraan bukan tujuan. Ilmu
bukanlah mahkota untuk dijunjung tetapi ia adalah alat untuk berjalan. Apabila
ilmu dilayani dengan adil yaitu meletakkannya pada tempat yang patut baginya,
dapatlah seseorang itu bebas dari tawanannya.
Bila keluar dari penjara ilmu, diri akan masuk ke
dalam penjara ke 6 yaitu penjara makrifat. Ia adalah penjara yang paling kukuh. Ilmu Allah dan
makrifatullah bukan lagi alam maujud. Apa yang didapati pada kedua-duanya
adalah hakikat-hakikat atau hal-hal ketuhanan.
Paling tinggi pencapaian ilmu tentang Allah SWT
ialah: Tidak tahu dan tidak dapat dikatakan apa-apa, karena tiada sesuatu
menyamai-Nya, menyerupai-Nya atau dapat diibaratkan bagi-Nya. Pada martabat
makrifat yang paling tinggi pencapaiannya ialah: Zat diri-Nya tidak dapat
dikenal oleh siapapun. Dia kini adalah sebagaimana Dia dahulu, bahkan tidak ada
kini dan tidak ada dahulu pada-Nya.
Percobaan untuk mengenal diri Allah SWT lebih
dari itu adalah sia-sia. Jika dicoba juga maka hasilnya adalah tidak ada apa apa yang akan didapati. Barangsiapa yang sampai kepada makom makrifat janganlah tinggal
terpenjara didalamnya. Keluarlah dari makrifat barulah dapat sampai ke Hadirat
Allah SWT.
Tajrid atau penanggalan secara keseluruhannya dari segala-galanya adalah
syarat untuk bertemu dengan Allah SWT. Seseorang hendaklah melepaskan ilmu
pengetahuannya, amal perbuatannya, makrifatnya, sifatnya, namanya dan semua
maklumat, dengan demikian dia bertemu dengan Allah SWT seorang diri tanpa bekal apapun. Dia hendaklah melihat datangnya hidayat dan kemurahan Allah SWT,
bukan hasil dari amal dan ilmunya. Tinggalkan segala-galanya dan masuklah
kepada Hadirat Allah SWT.
Dan mereka bertanya kepadamu tentang
roh. Katakan: “Roh itu dari perkara urusan Tuhanku; dan kamu tidak diberikan
ilmu pengetahuan melainkan sedikit saja”. ( Ayat 85 : Surah al-Israa’ )
Apa yang kita tidak mengerti dan tidak mempunyai ilmu tentangnya kecuali
terlalu sedikit ialah roh.
Serta Aku tiupkan padanya roh dari (ciptaan)-Ku. (
Ayat 72 : Surah Saad)
Roh yang terkait atau dinisbahkan kepada Allah SWT itulah yang
menghadap kepada Allah SWT dan yang dapat masuk ke Hadrat Allah SWT. Roh
adalah urusan Allah SWT. Bagaimana roh masuk ke Hadirat Allah SWT itu juga
urusan Allah SWT, kita tidak diberi ilmu tentangnya kecuali teramat
sedikit. Pengetahuan yang sedikit itu ialah: “URUSAN ALLAH SWT !!!”
Jangan dipersoalkan dan diusut lagi. Allah SWT adalah puncak segala tujuan,
penghabisan segala perjalanan dan tumpuan semua permintaan.(Al Hikam 50)
No comments:
Post a Comment